Sabtu, 08 April 2017

Rangkuman Materi Bahasa Inggris Bisnis

SYAFRINA RACHMA  |  4EA35  |  18213731

                Bahasa inggris bisnis bermanfaat untuk membuat orang yang mempelajarinya menjadi mudah berkomunikasi secara efektif dari belajar kosakata sampai dengan penggunaan bermacam kata kerja dan sentence, seperti modal auxiliaries, question tag, passive & active voice, dan direct & indirect speech.

Modal auxiliary verb adalah kata yang ditempatkan sebelum kata kerja utama untuk memodifikasi makna dari kata kerja utama tersebut. Berfungsi untuk mengungkapkan rasa ‘kemampuan’ dengan menggunakan kata kerja bantunya can dan could, ‘kemungkinan’ dengan mengunakan kata kerja bantu  may dan might, ‘meminta utuk izin’ dengan menggunakan kata kerja  bantu ‘may I...’ dan ‘can I...’, ‘permintaan’ dengan menggunakan kata kerja bantu ‘can you..’, ‘will you...’, ‘could you...’dan ‘would you...’,  ‘saran’ dengan menggunakan kata kerja bantu should dan had getter, ‘keharusan’ dengan menggunaan kata kerja bantu must dan have to, ‘bukan keharusan’ dengan menggunakan kata kerja bantu don’t have to, ‘larangan’ dengan mengunakan kata kerja bantu must not, dan ‘kesimpulan’ dengan menggunakan kata kerja bantu must.

Question tag adalah pertanyaan singkat yang sering terdapat pada akhir sebuah kalimat dalam suatu kalimat. question tag merupakan bagian yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari seorang native speaker. berdasarkan aturan umum positive question tag dapat mengikuti kalimat negatif. Begitu pula sebaliknya,  negative question tag dapat mengikuti kalimat positif.
Articles adalah kata yang digunakan untuk membatasi pengertian dari kata benda (noun). Articles terdiri dari A, An, The dan Some. The digunakan pada hal yang spesifik (telah jelas ataupun telah diterangkan sebelumnya). A digunakan sebelum kata yang dimulai dengan (consonant sound) bunyi konsonan. An  digunakan sebelum kata yang dimulai dengan bunyi vokal (vowel sound), dimana terdiri dari a, i, u, e, o.

Passive voice adalah suatu bentuk kalimat dimana subjek kalimat menerima aksi, bukan melakukan aksi. Tidak seperti active voice yang fokus terhadap pihak yang melakukan, bentuk ini lebih berfokus kepada pihak atau objek yang menerima hasil dari suatu aksi tersebut. Untuk membuat passive voice kita harus menentukan tense apa yang terdapat pada kalimat itu terlebih dahulu untuk bisamenentukan to be (is,am,are).


Direct and indirect speech  yang lebih di kenal dengan kalimat langsung dan kalimat tak langsung yang di gunakan ketika seseorang ingin menceritakan apa yang telah di katakana oleh seseorang kepada orang lain. Direct Speect adalah kalimat yang diucapkan secara langsung oleh pembicara dan ditulis dengan tanda kutip. Sedangkan Indirect Speech adalah kalimat yang diucapkan secara tidak langsung oleh pembicara tanpa diberi koma. Cara mengubah kalimat direct menjadi indirect di bedakan menjadi 3 yaitu kalimat perintah/larangan, pernyataan, dan pertanyaan. Untuk merubah kalimat direct ke indirect pada kalimat perintah/ larangan perlu di tambahkan kata ‘to’ sebelum kalimat yang di laporkan. Untuk mengubah kaliamt direct menjadi indirect pada kalimat pernyataan di gunakan kata penghubung ‘that’ sebelum kalimat yang di kutip. Untuk mengubah kalimat direct ke indirect pada kata tanya  seperti ‘what, who, when, why’, and ‘soon’ dijadikan kata penghubung antara kalimat pengantar dengan kalimat yang di kutip.

Senin, 13 Maret 2017

conversation with question tag

Rachma : guys, all of you have an idol, don't you?

Isty : yes, my idol is sehun of EXO. he is very handsome, isn't he ?

Pirhanita : yes, he is very handsome but, for me taehyung of bts is unique and handsome than sehun. Nia, i know you like taeyeon, don't you?

Nia : Yes,  i do. I like taeyeon very much because her voice is very pure, natural and flexible in other genre song. and sonya i know you are like all aboute japanesse, aren't you ?

Sonya : yes, i'am. i love all about japanesse but, especially i like food and anime. how about you Rachma ?

Rachma : my idol is kai of EXO. but i also like korean food

member of the group :
Isty Novianty 14213567 4EA35
Kurniawati N. 14213902 4EA35
Pirhanita Miranti J. 16213869 4EA34
Sonya Megan H.P. 18213607 4EA34
Syafrina Rachma 18213731 4EA35

Jumat, 03 Maret 2017

Beberapa Model Auxciliary pada Artikel

How to Solve Eating Difficulty in Children?

Eating difficulty is an issue that is so fundamental and often case to children. Sometimes, when a child is so difficult to chew food invited to make us frustrated. Since then, usually we will try a variety of ways like providing herbal appetite enhancers and hunting child’s favorite foods every day. The matters the child eating disorder also intrigued our interest to make an article about tips to overcome the difficult child to eat. Here are the details.
Serve meals with small portions
Maybe the kid does not like the size of your portions that so reluctant to eat the food there. Many children are ilfeel after seeing a sizable portion. So, try to give a little so that they can eat faster and do not get bored in spend food.
Get together with family
Do not let children eat alone and we need to create an atmosphere of togetherness when the child was time to eat. For example, you and your husband are on the table then eat foods together. With the atmosphere of togetherness, then the child’s appetite will occur slowly.
Provide healthy snacks
One of the things that concern by parents is the development of the child if he did not want to eat. Of course, when children are fussy eaters then its growth will be stunted and not as friends. One of the best ways to keep it is to try to give nutritional healthy snack. Give interesting snacks such as nuts, dried fruits, and nutritious bread.
Variety of food and a nice appearance
Perhaps, he needs a variety of foods that your appetite he has incurred. For example, you could give spinach on the first day, broccoli on the second day, and chicken-based dishes in the next day. Variety of foods is a very important thing to prevent children from boredom and the desire not to eat.
However, there is one more thing that could trigger a child’s appetite, which is an interesting food dish. For example, you can cook carrots to form a star or a unique object. Children will be attracted by the shape and believed to increase appetite. Hopefully, some difficulty eating kids tips above can help you.

NAMA : SYAFRINA RACHMA
NPM : 18213731
KELAS : 4EA35

Sumber Artikel : 

Rabu, 28 Desember 2016

tugas jurnal etika bisnis

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN YANG TERCATAT PADA INDEKS LQ-45
BURSA EFEK INDONESIA
Maggee Senata1)
Program Studi Manajemen STIE Mikroskil
Jl Thamrin No. 112, 124, 144 Medan 20212
maggee.senata@mikroskil.ac.id1)

Abstrak
        Perusahaan harus menentukan besarnya dividen yang dibagikan, karena penurunan maupun
peningkatan jumlah dividen yang dibayarkan seringkali menjadi signal bagi pihak investor
mengenai prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Secara tidak langsung
para investor dapat memperkirakan Nilai Perusahaan yang akan ditanami modal (dibeli
sahamnya) melalui kebijakan dividen yang ditetapkan perusahaan bersangkutan. Tujuan
penelitian ini adalah menguji pengaruh Kebijakan Dividen yang diproksikan terhadap Dividend
Payout Ratio dengan Nilai Perusahaan yang diproksikan terhadap Price Book Value. Penelitian
ini menggunakan sampel 22 perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ-45 yang tercatat pada
Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011. Data diuji dengan menggunakan SPSS,
dengan melakukan pengujian Asumsi Klasik dan pengujian Hipotesis dengan menggunakan
Metode Regresi Linier Sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Kebijakan
Dividen berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. Pengaruh kedua variabel bersifat positif,
dimana setiap kenaikan nilai Kebijakan Dividen juga turut mengakibatkan kenaikan Nilai
Perusahaan. Hal ini berarti bahwa hipotesis alternatif diterima sesuai dengan hasil uji hipotesis
yang telah dihasilkan. Variabel Kebijakan Dividen juga dapat menjelaskan variabel Nilai
Perusahaan secara individu.
Keywords: Dividend Payout Ratio, Price Book Value, Kebijakan Dividen, Nilai Perusahaan

1. Pendahuluan
        Fungsi keuangan pada dasarnya berhubungan dengan keputusan investasi, kebijakan
pendanaan, dan kebijakan dividen. Kebijakan dividen merupakan suatu bentuk kebijakan
dimana perusahaan mampu menetapkan proporsi laba yang diterima Perusahaan untuk
kemudian dibayarkan kepada investor sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki. Walaupun
perusahaan dapat memberikan jaminan mengenai nilai perusahaan kepada pihak investor
melalui jumlah dividen yang dibayarkan, perusahaan juga perlu mempertimbangkan sebagian
dana yang dibutuhkan untuk pengembangan perusahaan. Hal tersebut diperkuat dengan teori
dividen[1] yang menyatakan adanya tiga perbedaan pandangan mengenai kebijakan
pembayaran dividen oleh perusahaan. Ketiga pandangan tersebut berkaitan dengan besar
kecilnya jumlah dividen yang dibayarkan kepada pihak investor, antara lain : (1) Dividen
seharusnya dibayarkan sebesar-besarnya, (2) Dividen seharusnya dibayarkan sekecil-kecilnya,
serta (3) Dividen seharusnya dibayarkan setelah semua kesempatan investasi yang memenuhi
persyaratan dibelanjai. Perbedaan pandangan tersebut dikaitkan dengan langkah yang diambil
perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahan dengan tetap memperhatikan keberadaan pihak
investor selaku pemilik modal perusahaan.
        Pertumbuhan perusahaan dan pembagian dividen adalah kedua hal yang diinginkan
perusahaan tetapi sekaligus merupakan dua hal yang memiliki kepentingan yang berbeda.
perusahaan melakukan langkah untuk mendapatkan dana melalui penawaran lembaran saham
dengan mencatatkan sahamnya pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks LQ-45 adalah salah
satu di antara beberapa jenis indeks harga saham yang ada pada Bursa Efek Indonesia. Indeks
LQ-45 ialah indeks yang terdiri atas 45 saham pilihan yang mengacu pada likuiditas
perdagangan dan kapitalisasi pasar. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan judul : “Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Nilai
Perusahaan yang Tercatat pada Indeks LQ-45 Bursa Efek Indonesia“.
        Mengingat keterbatasan waktu maka ruang lingkup penelitian ini hanya dilakukan pada
perusahaan–perusahaan yang tercatat pada indeks LQ-45 pada Bursa Efek Indonesia tahun
2009-2011. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah kebijakan dividen
mempengaruhi nilai perusahaan yang tercatat pada indeks LQ-45 Bursa Efek Indonesia periode
2009-2011?
        Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui indikator dalam pengukuran nilai sebuah
perusahaan serta mengetahui pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan LQ-45
pada Bursa Efek Indonesia. Dengan diadakannya penelitian ini, maka diharapkan akan
memberikan manfaat antara lain : sebagai input bagi perusahaan dalam mempertimbangkan
kebijakan dividen sekaligus menyelesaikan masalah pendanaan dan sebagai referensi bagi
pihak investor sebelum menanamkan modal atau membeli saham perusahaan LQ-45 pada Bursa
Efek Indonesia. Hipotesis dalam penelitian ini adalah Kebijakan Dividen berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan yang tercatat pada Indeks LQ-45 Bursa Efek Indonesia.

2. Tinjauan Pustaka
2.1. Kebijakan Dividen
        Dividen dapat didefenisikan sebagai pembagian laba bersih perusahaan yang
didistribusikan kepada pemegang saham atas persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS). Salah satu kebijakan yang harus diambil manajemen adalah memutuskan apakah
laba yang diperoleh perusahaan selama satu periode akan dibagi semua atau dibagi sebagian
untuk dividen dan sebagian lagi tidak dibagikan dalam bentuk laba ditahan. Manajemen
mempunyai 2 alternatif perlakuan terhadap penghasilan bersih sesudah pajak perusahaan : 1)
dibagi kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen, dan 2) diinvestasikan
kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan (retained earning). Sehingga dapat disimpulkan
pengertian kebijakan dividen yaitu keputusan pihak manajemen untuk menentukan perlakuan
terhadap Earning After Tax ( EAT ) yang dibagikan sebagai dividen. Ada beberapa faktor
yang menjadi pertimbangan dalam kebijakan dividen antara lain : posisi likuiditas
perusahaan, kebutuhan dana untuk membayar utang, rencana perluasan usaha, pengawasan
terhadap perusahaan.

2.2. Manfaat Experiential Marketing
        Tindakan untuk memaksimumkan total nilai perusahaan (termasuk nilai pasar dari hutang
dan ekuitasnya) juga akan dapat memaksimumkan harga saham. Investor institusi dan analis
keuangan menggunakan pertimbangan jangka panjang dalam mengambil keputusan dan
melakukan penilaian saham. Atas dasar itu, mereka membutuhkan informasi keuangan untuk
membuat penilaian yang reliabel pada masa mendatang. Sementara investor individu memggunakan pertimbangan jangka pendek. Hal ini terlihat dari informasi utama yang mereka
gunakan, yaitu likuiditas pasar dan rumor. Pasar yang likuid mereka gunakan untuk strategi
masuk dan keluar pasar. Penggunaan rumor menunjukkan bahwa mereka berusaha
memanfaatkan situasi yang ada untuk menghasilkan keuntungan.
        Nilai perusahaan dapat diukur melalui nilai harga saham di pasar, berdasarkan
terbentuknya harga saham perusahaan di pasar, yang merupakan refleksi penilaian oleh public
terhadap kinerja perusahaan secara riil. Dikatakan secara riil karena terbentuknya harga di pasar
merupakan bertemunya titik-titik kestabilan kekuatan permintaan dan penawaran harga antara
pihak emiten dan investor . Sementara itu, Rika Susanti (2010) menyatakan bahwa nilai
sebuah perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Harga pasar dari saham perusahaan
yang terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar
perusahaan, karena harga pada bursa efek dianggap cerminan nilai asset perusahaan
sesungguhnya.
        Rancangan model penelitian yang berkaitan dengan konsep nilai perusahaan dapat
dikembangkan melalui teori keagenan. Dalam hal ini, hubungan antara pihak manajemen
sebagai agen dan principal adalah sebagai para pemegang saham. Rasionalitas model penelitian
menunjukkan hubungan dan pengaruh antara berbagai informasi manajemen, yang akan dinilai
oleh para pemegang saham atau para calon investor di pasar, yang pada akhirnya akan terefleksi
pada nilai perusahaan melalui indikator perubahan perilaku harga saham di pasar.

3. Metode Penelitian
3.1. Populasi dan Sampel
        Adapun variabel yang hendak diteliti adalah Kebijakan Dividen yang merupakan variabel
bebas diproksikan terhadap Dividend Payout Ratio dan Nilai Perusahaan yang merupakan
variabel terikat diproksikan terhadap Price Book Value. Populasi penelitian ini adalah seluruh
perusahaan yang sahamnya tercatat dalam indeks LQ-45 pada Bursa Efek Indonesia dengan
kurun waktu tahun 2009-2011 yang berjumlah sebanyak 69 perusahaan. Sampel penelitian
ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria pemilihan sampel
sebagai berikut :
a) Perusahaan yang sahamnya tetap tercatat dalam indeks LQ-45 selama periode tahun 2009-
2011.
b) Perusahaan yang membagikan dividennya secara berurutan setiap tahunnya selama periode
tahun 2009-2011.
Dari proses pemilihan sampel ada sebanyak 22 perusahaan yang memenuhi kriteria
tersebut. Berikut disajikan perhitungan mengenai jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini.

Tabel 1. Metode Pengumpulan Sampel Penelitian

Keterangan                                                                                  Jumlah
Populasi penelitian perusahaan LQ-45                                                                                69
Tidak tetap tercatat pada indeks LQ-45 selama kurun waktu
2009-2011                                                                                                                                (40)
Tidak membagikan dividennya secara berurutan setiap
tahunnya selama kurun waktu 2009-2011                                                                          (7)
Jumlah Sampel Perusahaan                                                                                                    22
Jumlah Pengamatan                                                                                                        22 x 3 = 66


3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua buah variabel yang hendak diteliti, yakni :

Tabel 2. Operasionalisasi Variabel

Variabel    
Defenisi Variabel                                              
Indikator
Skala Pengukuran

Kebijakan Dividen (X)
Merupakan kebijakan pembayaran laba perusahaan kepada para pemegang saham perusahaan yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimiliki pada perusahaan.
Dividen Payout Ratio
 (DPR) = DPS : EPS
Rasio
Nilai Perusahaan (Y)
Merupakan penilaian investor terhadap sebuah perusahaan yang cenderung dikaitkan terhadap harga saham perusahaan.
Price Book of Value (PBV) = Harga Saham Nilai : buku (BV)
Rasio

3.3. Metode Analisis Data
        Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 19.0 dengan data
penelitian yang bersumber dari laporan keuangan tahunan perusahaan dari Indonesia Capital
Market Directory dan website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Dalam hal ini
peneliti menggunakan analisis linier sederhana untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas
terhadap variabel terikat dimana sebelumnya telah dilakukan pengujian asumsi klasik. Adapun
penggunaan metode analisis linier sederhana untuk penelitian ini dikarenakan jumlah variabel
bebas (X) hanya satu buah yaitu Kebijakan Dividen yang diproksikan terhadap DPR (Dividend
Payout Ratio). Dimana dilakukan Uji Asumsi Klasik terlebih dahulu untuk mengetahui apakah
model yang digunakan dalam regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan
representatif sehingga hasil bisa dipertanggungjawabkan dan tidak bias. Selain itu untuk
menguji hipotesis, peneliti menggunakan Uji Statistik t serta Nilai Koefisien Determinasi agar
diperoleh seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan pengaruh dan variasi variabel
terikat yang diproksikan terhadap PBV (Price Book Value).

4. Hasil dan Pembahasan
4.1. Statistik Deskriptif

Tabel 3. Statistik Deskriptif

N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
DPR
66
5.65
112.30
46.6859
22.11439
PBV
66
1.28
38.97
5.0385
6.08350
Valid N (listwise)
66




       Hasil pengolahan data pada Tabel 3 menunjukkan jumlah sampel data yang valid adalah
sebanyak 66 data. Dari data variabel kebijakan dividen yang diproksikan dengan DPR
menunjukkan nilai minimum sebesar 5,65 pada perusahaan Bank Danamon Indonesia Tbk.
(BDMN) untuk tahun 2009 dan nilai maksimum sebesar 112,30 pada Perusahaan Gas Negara
Tbk. (PGAS) untuk tahun 2011. Sedangkan dari data variabel nilai perusahaan yang diproksikan
dengan PBV menunjukkan nilai minimum sebesar 1,28 pada perusahaan Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk. (INCO) untuk tahun 2011 dan nilai maksimum sebesar 38,97 pada perusahaan
United Tractors Tbk. (UNTR) untuk tahun 2011.
       Adapun nilai rata-rata atau mean untuk variabel DPR sebesar 46,6859 dan standar deviasi
sebesar 22,11439. Nilai standar deviasi variabel DPR nilainya di bawah nilai mean sehingga
dapat disimpulkan bahwa kesenjangan nilai maksimum dan nilai minimum variabel rendah.
Sebaliknya nilai mean variabel PBV sebesar 5,03858 dan standar deviasi sebesar 6,08350,
dimana dapat disimpulkan bahwa adanya kesenjangan antara nilai maksimum dan minimum
variabel.

4.1 Uji Asumsi Klasik Sebelum Transformasi
4.2.1 Uji Normalitas
        Data terdistribusi tidak normal karena penyebaran titik-titik
agak menjauh dari garis diagonal. Akan tetapi grafik histogram pada Gambar 3 tidak begitu
terlihat bahwa pola distribusi bergerak ke arah kiri yang menyimpulkan data terdistribusi tidak
normal. Uji normalitas menggunakan grafik seringkali dapat membingungkan peneliti akibat
adanya perbedaan visualisasi yang terlihat sehingga diperlukan adanya uji statistik yang
menunjukkan nilai statistik. Adapun hasil uji statistik yang menggunakan uji KolmogorovSmirnov
(K-S) ditunjukkan oleh Tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4. Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) Sebelum Transformasi


Unstandardized Residual
N

66
Normal Parameters
Mean
0000000

Std. Deviation
. 4.92560299
Most Extreme Differences
Absolute
195

Positive
195

Negative
-108
Kolmogorov-Smirnov Z

1.581
Asymp. Sig. (2-tailed)

.014
a.       Test distribution is Normal.
b.       Calculated from data.


       Tabel 4 menunjukkan nilai signifikan Uji Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,014. Pengujian normalitas residual dengan uji Kolgomorov-Smirnov memperlihatkan bahwa data terdistribusi tidak normal dikarenakan nilai signifikan menghasilkan nilai lebih kecil dari 0,05.

4.2.2 Uji Autokorelasi 
        Dalam penelitian ini digunakan Uji Durbin-Watson untuk menguji ada tidaknya autokorelasi di dalam model regresi. Hasil Uji Durbin-Watson dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini :
Tabel 5. Hasil Uji Durbin-Watson Sebelum Transformasi
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
DurbinWatson
1
.587a
.344
.334
4.96394
.965
a. Predictors: (Constant), Kebijakan Dividen 
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
        Hasil Uji Durbin-Watson menunjukkan nilai 0,965 lebih kecil dari nilai batas atas (du)
1,5704. Sesuai dengan ketentuan Uji Durbin-Watson pada Tabel 3.4 dimana H0 ditolak apabila
nilai DW terletak di antara 0 dan nilai batas bawah (0<d<dl) sehingga dapat disimpulkan bahwa
di dalam data terdapat autokorelasi antar variabel.

4.2.3 Uji Heterokesdastisitas
        Dalam penelitian ini, pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan analisis grafik
Scatterplot antara ZPRED dan SRESID. 
      Jika dilihat pada Grafik Scatterplot tidak semua data tersebar secara acak di
sekitar titik 0 pada sumbu Y. Ada beberapa data yang membentuk pola vertical teratur di atas
titik 0 pada sumbu Y sehingga dapat disimpulkan terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
Akan tetapi sama halnya seperti Uji Normalitas, pengujian Heteroskedasitas juga tidak efektif
jika hanya dilakukan dengan uji Grafik Scatterplot dimana jumlah pengamatan akan
mempengaruhi hasil ploting. Pada penelitian ini, uji Heteroskedastisitas juga dilakukan dengan
Uji Park untuk memperoleh nilai statistik. Hasil Uji Park ditunjukkan pada Tabel 6 berikut ini:

Tabel 6. Uji Park Sebelum Transformasi

Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients



Model
B
Std. Error
Beta
t
Sig
(Constant)
-.852
.544

-1.565
.122
Kebijakan Dividen
.041
.011
.440
3.923
.000
a. Dependent Variable: lnu2i
Sumber : Hasil Penelitian, 2013(Data Diolah).

        Tabel 6 menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,000 berada di bawah nilai 0,05. Hal ini
berarti dapat disimpulkan bahwa terdapat heteroskedastisitas dalam model regresi.

4.3 Uji Asumsi Klasik Setelah Transformasi
4.3.1 Uji Normalitas
        Dalam pengujian asumsi klasik diperoleh hasil bahwa keseluruhan data yang diteliti tidak
memenuhi syarat sehingga dilakukan tindakan transformasi data. Penelitian ini menggunakan
metode Outlier untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi ketika melakukan pengujian
awal dengan menggunakan Uji Asumsi Klasik. Pada data penelitian ini sebanyak dua data
dihilangkan sesuai dengan ketentuan metode Outlier dimana data Z variabel yang dihasilkan
lebih dari nilai 3 harus dihilangkan. Terhitung sebanyak dua buah data yang memiliki nilai Z
variabel lebih dari nilai 3, sehingga jumlah sampel data penelitian setelah dilakukan Outlier
adalah sebanyak 64 data. Dimana dilakukan pengujian asumsi klasik kembali setelah data
ditransformasi.

Tabel 7. Uji Kolmogorov-Smirnov Setelah Transformasi 



Unstandardized Residual
N

64
Normal Parameters
Mean
.0000000

Std. Deviation
.40815217
Most Extreme Differences
Absolute
.122

Positive
.122

Negative
-.080
Kolmogorov-Smirnov Z

.976
Asymp. Sig. (2-tailed)

.296
a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data

        Hasil Uji Normalitas menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data
yang telah ditransformasi terdistribusi normal. Dimana Nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar
0.976 dengan nilai signifikan 0.296 yang berada di atas nilai signifikansi 0.05, sehingga dapat
disimpulkan data setelah transformasi terdistribusi normal.

4.3.2 Uji Autokorelasi
        Adapun hasil pengujian Autokorelasi menggunakan Uji Durbin-Watson setelah data
ditransformasi yang ditunjukkan pada Tabel 8. adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Uji Durbin-Watson Setelah Transformasi

Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1
.500
.250
.238
2.50294
1.838
a. Predictors: (Constant), Kebijakan Dividen
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

        Hasil Uji Durbin-Watson menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 1.838 dimana nilai tersebut
lebih besar dari batas atas (du) 1.6318 dan lebih kecil dari nilai 4-1.6318 (4-du). Sehingga dapat
disimpulkan hasil Uji Durbin Watson setelah data ditransformasi adalah tidak adanya
autokorelasi.

4.3.3 Uji Heterokesdastisitas
Pengujian Heteroskedastisitas dilakukan dengan Uji Grafik Scatterplot. Pada Grafik Scatterplot dijelaskan  bahwa semua data tersebar secara acak di sekitar titik 0 pada sumbu Y. sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Dari hasil Uji Park setelah data ditransformasi dapat dilihat bahwa nilai signifikansi menjadi 0.061. Hal ini berarti model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas dikarenakan nilai signifikan lebih besar dari 0.05.

Tabel 6. Uji Park Setelah Transformasi


Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients


Model 
B
Std. Error
Beta
t
Sig.
1  (Constant)
-1.184
.649

-1.823
.073
Kebijakan Dividen
.025
.013
.235
1.905
.061
a. Dependent Variable: lnu2i2

4.4 Uji Hipotesis
       Dari hasil Uji Asumsi Klasik yang telah dilakukan, diperoleh model regresi yang
memenuhi asumsi Normalitas, Autokorelasi, dan Heteroskedastisitas. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan menguji persamaan regresi secara parsial dengan uji statistik t. Adapun hasil
pengujian persamaan regresi secara parsial adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Hasil Pengujian Regresi Linier


Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients



B
Std. Error
Beta
t
Sig.
1  (Constant)
.921
.767

1.201
.234
Kebijakan Dividen
.071
.016
.500
4.543
.000
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

        Berdasarkan tabel hasil pengujian regresi linier maka diperoleh persamaan sebagai
berikut :
PBV = 0.921 + 0.071DPR + e
       Konstanta sebesar 0,921 dari berarti besarnya Nilai Perusahaan yang diproksikan
terhadap PBV pada saat nilai Kebijakan Dividen yang diproksikan terhadap DPR sama dengan
0. Angka koefisien regresi sebesar 0,071 mempunyai arti bahwa setiap kenaikan 1 nilai DPR
juga akan meningkatkan nilai PBV sebanyak 0,071. Sedangkan e berarti besarnya pengaruh
faktor lain yang tidak dimasukkan di dalam model regresi.
       Pengujian hipotesis mengenai variabel kebijakan dividen yang diproksikan dengan DPR
terhadap Nilai Perusahaan yang diproksikan dengan PBV, menunjukkan nilai t hitung sebesar
4,543 dimana nilai t tabel 1,9977. Nilai t hitung yang lebih besar dibandingkan dengan nilai t
tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kebijakan dividen berpengaruh secara
individu terhadap variabel nilai perusahaan. Kesimpulan tersebut juga diperkuat dengan nilai
signifikan yang ditunjukkan oleh Tabel 7. adalah sebesar 0,000 berada di bawah nilai 0,05.

4.5 Koefisien Determinasi
        Berikut adalah tabel Koefisien Determinasi dari hasil pengujian data :

Tabel 8. Koefisien Determinasi

Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.500
.250
.238
2.50294
a. Predictors: (Constant), DPR
b. Dependent Variable: PBV

       Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R square adalah 0,238. Hal ini berarti
hanya sebesar 23,8% Nilai Perusahaan dapat dijelaskan oleh Kebijakan Dividen, dimana
besarnya pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahan adalah sebesar 23,8%.
Sedangkan sisanya sebesar 76,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam
persamaan regresi.

5. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap
Nilai Perusahaan dengan nilai t sebesar 4,543 dan nilai signifikan 0,000. Besarnya pengaruh
Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan adalah sebesar 23,8%, sedangkan sisanya sebesar
76,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam persamaan regresi. Dengan
demikian Hipotesis Nol (H0) ditolak atau dapat dikatakan bahwa Kebijakan Dividen
berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan dapat diterima.
Selain itu ada beberapa saran yang dikemukakan penulis terkait hasil penelitian, antara
lain jumlah Sampel penelitian yang dihasilkan sedikit sehingga mempengaruhi pengolahan data
yang kurang maksimal sehingga sebaiknya objek penelitian dan periode penelitian dapat
diperluas untuk keperluan pengolahan data agar hasil yang ditunjukkan maksimal. Pada hasil
penelitian terlihat bahwa Kebijakan Dividen hanya mempengaruhi Nilai Perusahaan sekitar
23,8%, dimana sekitar 77,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk ke dalam
model regresi penelitian ini, sehingga perlunya untuk mempertimbangkan adanya variabel lain
yang juga turut mempengaruhi nilai suatu perusahaan.

Referensi
[1] Halim, A., 2002, Analisis Investasi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
[2] Situmorang, A., 2008, Pengantar Pasar Modal, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta.
[3] Hendy, M. Fakhruddin, 2005, Aksi Korporasi : Strategi Untuk Meningkatkan Nilai Saham
Melalui Tindakan Korporasi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
[4] Atmaja, L. S., 2008, Teori dan Praktik Manajemen Keuangan, Penerbit CV. Yogyakarta,
Yogyakarta.
[5] Sjahrial, D., 2008, Manajemen Keuangan, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta.
[6] Sulistiawan, D., Yeni Januarsi dan Liza Alvia, 2011, Creative Accounting:
Mengungkapkan Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta.
[7] Harmono, 2009, Manajemen Keuangan Berbasis Balance Scorecard, Penerbit PT. Bumi
Aksara, Jakarta.
[8] Susanti, R., 2010, Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Nilai Perusahaan,
Universitas Diponegoro, Semarang.
[9] www.idx.co.id